Senin, 22 Februari 2016

Nilai-Nilai Luhur Budaya Dalam Pelestarian dan Keindahan Budidaya Pertanian Organik #3


NOSC tidak hanya sebagai tempat pelatihan pertanian organik, namun sangat layak dijadikan salah satu destinasi wisata, terutama bagi orang-orang yang merindukan suasana alam. Pemandangan hamparan hijau sawah yang menghiasai hampir seluruh wilayah objek wisata NOSC. Berbagai jenis pohon, tanaman buah dan sayuran yang tumbuh tersebar menambah keindahan tanaman padi yang kehijauan. Beberapa di antara padi tersebut ada yang sudah menguning. Apalagi ketika cuaca sedang cerah, tampak terlihat jelas pemandangan eksotis gunung yang menjulang tinggi dari kejauhan. Gunung tersebut adalah Gunung Gede Pangrango dan Gunung Salak. Kedua gunung itu membuat objek wisata alam NOSC menjadi semakin asri dan membumi.



Desain bangunan objek wisata ini dibuat sedemikian rupa agar tetap alami, namun teratur tata lingkungannya. Tidak hanya ada padi dalam petak-petak sawah, pohon-pohon rindang dan tanaman, tapi juga ada beberapa kolam-kolam ikan. Ternyata kolam tersebut digunakan sebagai tempat budidaya ikan lele Sangkuriang. Dibangun juga rumah sebanyak lima unit sebagai tempat menginap para peserta pelatihan. Ada juga ruang kelas pelatihan dilengkapi dengan ruangan laboratorium pertanian organik. Serta joglo dan pendopo untuk tempat makan dan ngobrol santai. Bagi yang muslim juga disediakan mushola.

Sebelum semua informasi yang dijelaskan di atas yang saya dapatkan dari Pak Jatika dan seorang Trainernya, setelah mobil saya parkir di NOSC, kedua putra saya tampak begitu senang dan gembira keluar dari mobil. Mereka langsung berlari menuju kolam buatan yang ada di sebelah pendopo yang terletak di bagian tengah dekat lahan parkir mobil. Istriku menemani mereka melihat-lihat ikan-ikan yang ada di dalamnya. Mereka makin senang ketika ada pemandu wisata memberikan pakan ikan. Dafa dan Azka begitu asyik memberikan pakan ikan ke dalam kolam. 




Sedangkan saya sendiri oleh Pak Rachman dikenalkan langsung dengan Pak H. Ahmad Jatika. Disambut dengan baik dan hangat. Kemudian kami diajak berbincang-bincang ke pendopo berupa bangunan gazebo yang dibangun tepat di halaman parkir dan menjadi sentral ngobrol santai. Sebab duduk-duduk di situ kita bisa melihat seluruh wilayah objek wisata ke berbagai sudut. Di tempat tersebutlah saya mendapatkan banyak informasi tentang NOSC.


Sementara istri dan kedua putra saya terus menjelajahi kebun, sawah dan bahkan ada peternakan sapi. Mereka benar-benar tidak kenal lelah, begitu larut ke dalam wisata alamnya. Mereka juga secara tidak langsung belajar cara bercocok tanam padi. Membuat kompos dari kotoran sapi. Istri saya pun demikian. Momen-momen penting yang dilalui kedua putra saya sebagian diabadikan oleh istri. 

Secara otomatis istri saya pun ikut belajar bagaimana menanam padi secara organik. Tanpa menggunakan bahan kimia yang sebagian petani di Indonesia menggunakan cara konvensional yang membutuhkan pupuk-pupuk dan pestisida berbahan kimia tersebut. 

Setelah banyak berbincang dan selesai, lalu saya sempat berfoto-foto dengan Pak Jatika dan bersama keluarga di depan nama Objek Wisata NOSC dan Kantor Pak Jatika. Saya juga sempat masuk di dalam kantor Pak Jatika. Di situ banyak sekali penghargaan yang ia dapatkan atas prestasi mengembangkan budidaya pertanian organik. 





Barulah saya diperkenalkan oleh Pak Jatika, seorang pemandu sekaligus trainer NOSC bernama Titin. Saya dan keluarga diajak berkililing ke objek wisatanya. Kita diajarkan bagaimana membuat pupuk cair dan pupuk kompos di laboratorium. Saya dan istri sangat antusias dan kagum melihat bagaimana pupuk cair yang dijelaskan dan diajarkan oleh Titin itu dibuat. Ternyata memang semuanya serba organik dan menggunakan potensi alam. Seperti daun, buah dan sayuran yang tertanam di NOSC, itu semua bisa digunakan untuk bahan pembuatan pupuk cair. Sedangkan pupuk padat atau kompos, selain dibuat dari bahan kotoran hewan, juga bisa menggunakan ketiga bahan tadi sebagai bahan baku pembuatannya.

Saya dan istri asyik belajar cara budidaya tani organik bersama Titin, sementara anak-anak saya asyik bermain kulit padi yang sengaja berserakan padat di ruang laboratoirum. Setelah belajar di laboratoriumnya, kemudian Titin mengajak kami ke lahan petak sawah yang kosong. Di situ saya diajarkan bagaimana cara menanam padi yang benar. Saya langsung diajak praktek menanam padi organik bersama Titin. Dafa yang begitu antusias dalam wisata alam ini, juga ingin menanam padi bersama. 


Saya sangat senang sekaligus bangga atas wisata alam padi organik di NOSC ini. Secara tidak langsung kearifan lokal dalam wisata alam padi organik di NOSC begitu tampak dan terjaga. Bagaimana tidak, dengan menanam padi dengan cara organik sistem SRI ini, berarti kita menjaga kesuburan tanah dan tidak merusak ekosistem yang ada. Cara pengendalian hama yang arif, yaitu dengan cara mengusirnya. Bukan malah membunuhnya dengan bahan pupuk dan pestisida kimia yang sehingga merusak keseimbangan alam. Hasilnya pun boleh dibilang lebih banyak padi organik ketimbang sistem tanam konvensional. Dengan sistem tanam satu benih, dapat tumbuh 40 sampai 90 batang. Tentu saja pada saat panen mengahsilkan lebih banyak padi. 

Di sisi lain, saya dan keluarga yang selama ini tidak pernah wisata alam padi organik bisa tahu bagaimana wisata alam ini menjadi kegiatan wisata yang mendidik. Tidak hanya objek wisata alamnya saja yang memukau, tapi juga memberikan edukasi tentang budidaya pertanian secara organik dan bagaimana kita tetap melestarikan alam kita.

Hari sudah menjelang siang, tanpa terasa wisata alam padi organiknya sudah hampir selesai. Anak-anak saya pun sudah mulai merengek kelaparan. Ternyata Pak Jatika dibantu oleh para pegawainya sudah menyiapkan menu makan siang di Joglo. Saya dan keluarga pun makan siang bersama Pak Jatika, Pak Rachman dan seorang pemandu wisata. Nasi, sayur dan buah-buahan sebagai menu makanan siang kami waktu itu, semuanya merupakan hasil budidaya pertanian di NOSC. Makan siang itu sangat lahap saya santap. Benar-benar makan siang yang sangat istimewa.


Sebelum pulang saya diberikan sebuah buku. Saya sendiri sempat memesan satu karung beras padi organiknya Pak Jatika seberat 10 kg seharga Rp. 18.000,- per kilogram. Saya sangat bersyukur sekali dengan pengalaman wisata alam ini. Juga yang sangat menguntungkan saya, karena saya kenal baik dengan tetangga saya, Pak Rachman, sehingga wisata alam di NOSC tidak dipungut biaya. Karena ternyata Pak Rachman dengan Pak Jatika adalah sahabat. Keduanya merupakan mantan dari perusahaan yang sama. Saya hanya memberikan sejumlah uang kepada Titin atas jasanya panduan dan trainignnya. 

Pak Jatika memberitahu bahwa untuk melakukan wisata alam di NOSC ada dua macam paket. Paket full, yaitu dilakukan selama tiga hari dan pastinya akan mendapatkan pelatihan secara lengkap. Biayanya hanya Rp. 3.000.000,- termasuk penginapan dan makan selama tiga hari. Ada juga paket One Day One Night, yaitu hanya Rp. 350.000,- dengan menginap satu malam dan termasuk makan. Namun tidak selengkap paket full pelatihannya, hanya sebatas pengenalan seputar tanam padi organik dan sebagainya.

Setelah melaksanakan sholat dzuhur, akhirnya kami pun pulang kembali ke rumah. Begitu lelah, tapi liburan wisata alam padi organik tadi sangat mengesankan. Di rumah kami pun mencoba beras organik hasil budidaya NOSC. Ketika dimasak, bau harum masakan beras organik tersebut merebak ke ruang dapur dan ruang tengah. Tidak seperti beras yang biasa dimasak oleh istri saya. Setelah menjadi nasi terlihat menggiurkan. Sangat pulen terasa di lidah. Sungguh wisata alam padi organik NOSC yang berlokasi di Kampung Parigi Desa Cipetir Kecamatan Nagrak Kabupaten Sukabumi, menjadi pengalaman yang luar biasa dan menjadi kenangan yang takkan pernah terlupakan.

The End. A very happy ending story.

0 komentar:

Posting Komentar